Jumat, 27 Agustus 2010

Berbuat Sekecil Apapun Bagi Kemajuan Kalteng


Inspirasi: Freddy Simamora
Oleh: Sang Penyaksi



Walau Freddy Simamora warga pendatang dan bukan kelahiran Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, namun kebanggaan serta kecintaannya terhadap daerah ini sungguh besar dan berkeinginan untuk ikut serta terlibat dalam melakukan pembangunan.



Karena bagi pria kelahiran Desa Parajaran Provinsi Sumatera Utara ini, Palangka Raya merupakan salah kota yang paling istimewa serta sangat berkontribusi besar terhadap kemajuan dirinya serta upaya mewujudkan mimpi maupun cita-citanya.



“Kalau tante (adik perempuan bapak) yang tinggal di Palangka Raya setelah lulus SMA sekitar tahun 2003 tak bertelepon ke Medan menyuruh kuliah di Unpar (Universitas Palangka Raya), mungkin sekarang saya tidak ada di sini,” kata pria yang baru menyelesaikan studi Sarjana Tehnik Unpar.



Pada saat itu, ungkap Freddy, bayangan untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMA belum ada sama sekali, masih gelap gulita. Karena, memikirkan siapa yang akan membiayai, sementara bila mengharapkan oppung (Nenek) tidak mungkin, sudah terlalu tua untuk membiayai dirinya.



Namun, setelah ada informasi dari Tante yang bersedia akan membiayai perkuliahan hingga selesai, maka mendaftarlah di UMPTN (Ujian masuk perguruan tinggi negeri), kalau sekarang ini SMPTN.



Setelah dinyatakan lulus dan diterima di Unpar, maka dari Medan seorang diri berangkat ke Jakarta dengan menggunakan Bus selama tiga hari, lanjut lagi menggunakan Kapal laut ke Sampit selama sehari semalam, kemudian menggunakan bus sampai ke Palangka Raya.



Sehingga, sejak menginjakkan kaki di Palangka Raya, presenter TVRI Kalteng ini pun berkomitmen dan menanamkan di dalam pikirannya harus menjadi orang sukses, kebanggaan keluarga, serta dipandang oleh orang lain.



“Terserah percaya atau tidak, sejak 2003 sampai 2005, tante hanya memberikan uang jajan setiap hari Rp1000, mau dibelikan apa yok. Makanya setiap mau keluar rumah, isi perut dulu, makan dulu banyak-banyak. Mau beli apa seribu, gorengan aja harganya Rp500,” kata mahasiswa Tehnik Sipil Unpar ini sembari tertawa.



Namun, uang sekecil tersebut tidak membuat dirinya patah semangat dan enggan berteman. Malah, dijadikannya motivasi serta meningkatkan kreativitasnya untuk mencari dana tambahan.



Ada berbagai cara dilakukannya untuk mendapat uang tambahan, mulai dari mengerjakan tugas kuliah temannya, mengikuti berbagai kegiatan organisasi, hingga masuk ke salah satu organisasi ektra kampus.



Sebab menurutnya, jika ingin sukses kuncinya tidak hanya menyelesaikan gelar sarjana, melainkan harus memiliki banyak teman, jaringan, serta ditunjang pengetahuan atau wawasan yang luas, bukan terpusat pada studi yang diikuti.



“Tidak serta merta begitu sarjana tehnik langsung menjadi pemborong atau kerjaan apalah itu, semua butuh proses dan kerja keras. Maka, saya pun mulai berkeasi dan fokus di organisasi,” kata mantan Presiden BEM Unpar ini.



Menurutnya pelajaran yang paling berharga adalah di kala terlibat dan berproses di organisasi. Karena, sebelum terpilih menjadi Presiden BEM Unpar, dirinya harus menerima kekalahan dua kali berturut-turut, mulai dari pemilihan Ketua UKM dan BEM Fakultas Tehnik.



Tak hanya itu, setelah menjabat sebagai Presiden BEM Unpar pun seolah tidak mendapat tempat, bahkan tak pernah dianggap bila mengikuti suatu kegiatan pertemuan BEM se Indonesia, baik itu BEM SI (seluruh Indonesia) dan BEM Nusantara.



Sehingga, tiap mengikuti kegiatan tingkat Nasional hatinya selalu miris, jengkel, marah, dan berpikir apakah Mahasiswa Kalimantan Tengah khususnya Palangka Raya sebodoh yang mereka kira, sampai-sampai tidak pernah dianggap.



Freddy mengatakan, BEM Unpar selalu diundang bila ada kegiatan, tetapi setelah di tempat kegiatan bagaikan fatamorgana (antara ada dan tiada), dan dianggap patung serta tidak pernah didengar komentarnnya.



Maka, pada saat ada pertemuan mahasiswa di Papua, BEM Unpar selaku inisiator tunggal mengajak beberapa Universitas di Papua, Medan, Kalimantan, dan beberapa daerah timur yang ikut kala itu untuk mendirikan BEM Kebangsaan sebagai tandingan BEM SI dan BEM Nusantara.



Pembentukan itu sempat menjadi pemberitaan hangat di media lokal Papua, bahkan rilisnya sempat di kirim ke media Nasional, baik Kompas maupun Majalah Tempo. Namun karena ada penolakan dan pengkondisian dari BEM SI dan BEM Nusantara, akhirnya rilis tersebut tidak dapat diterbikan.



“Sejak saat itulah mahasiswa Kalteng, khususnya Unpar mendapat tempat dan dipandang di kegiatan Nasional. Sederhana memang yang saya lakukan, tapi itu bukti nyata betapa cintanya saya terhadap daerah ini,” kata Freddy ini.



Karena baginya, sekecil apapun berbuat untuk kemajuan Kalteng selama dilakukan bersama-sama. Maka, Bumi Tambun Bungai akan menjadi wilayah yang maju serta dipandang oleh seluruh masyarakat dari daerah atau provinsi lain di seluruh nusantara.


Nama : Freddy Simamora ST
Tempat/tanggal lahir : Parajaran, 30 Agustus 1983
Alamat : Jln Yos Sudarso (mess doses muda Unpar) No 82
Pekerjaan : Presenter TVRI
Pengusaha Cucian Motor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar