Memerdekakan Pikiran, Meliarkan Imajinasi, untuk Melihat Dunia Seutuhnya!
Senin, 30 Mei 2011
Forum CSR Harus Netral
PALANGKA RAYA, penyaksi.com_
Direktur Surveyor Indonesia, Agung Pramono, mengatakan, untuk mengoptimalkan peran dan berjalannya CSR, perlu di bentuk forum yang terdiri dari lima hingga tujuh orang. Forum CSR inilah yang nantinya mendiskusikan, mengevaluasi, bahkan memperdebatkan apakah program yang di buat corporate (perusahaan) sebagai tanggungjawab sosial.
Hanya, forum CSR ini diharapkan netral serta menguntungkan kepentingan berbagai pihak, baik pemerintah, perusahaan maupun masyarakat. Sehingga, keinginan untuk mewujudkan keseimbangan dapat terrealisasi.
Proses pengembangannya, harus terlebih dahulu di pahami bahwa CSR berkaitan dengan good corporate governance (GCG) atau tata kelola perusahaan). Forum itu juga harus memaknai program CSR bukan cost-centre (dana yang terpusat) dan tidak berarti ada pemborosan anggaran, melainkan suatu upaya social meeting (pertemuan sosial). Program CSR harus merepresentasi prinsip GCG
.
Kemudian forum tersebut harus melibatkan tiga pihak, yakni perusahaan, pemda, masyarakat/LSM maupun perguruan tinggi. Dari para pihak itu, masing-masing pihak memiliki tugas serta fungsi sendiri-sendiri.
“Jika ini dijalankan secara konsisten dan komitmen, saya yakin apa yang diharapkan dari CSR dapat tercapai,” ujar Agung, saat memaparkan konsep, strategi, dan perencanaan program CSR serta perkembangan dan tantangan, di worshop CSR.
Direktur Surveyor Indonesia ini menjelaskan, untuk tugas semua pihak dalam implementasi CSR harus tegas dan saling melengkapi. Misal, pemerintah, baik Pusat maupun daerah, menyediakan data base daerah-daerah CSR, data base tata ruang, data base pejabat terkait, dan mendukung koordinasi kelancaran program CSR itu sendiri.
Peran perusahaan, mensosialisasikan program CSR, membangun jaringan informasi dan komunikasi ke seluruh stakeholder, serta menyediakan anggarannya. Sedangkan, wakil masyarakat (LSM ataupun perguruan tinggi) perlu melakukan survey kelayakan suatu daerah yang menjadi target program CSR. Memetakan aspirasi maupun kebutuhan nyata masyarakat sekitar. Dan, mensosialisasikan program CSR tersebut.
Untuk forum CSR yang tergabung dari tiga elemen tadi memverifikasi dan mengawasi pelaksanaa program CSR. Membentuk tim pelaksana lapangan. Membuat laporan kemajuan pelaksanaan program CSR. Serta mengkomunikasikan pelaksanaannya kepada seluruh stakeholder lainnya.
“Proses pengelolaan forum CSR itu harus forming (pembentukan), storming (permasalahan), dan norming (norma). Harus seperti itu. Jadi kalau perdebatan, adu argumen di forum itu, biarkan saja. itu biasa saja kok,” pungkasnya.
Media Pendorong CSR
Pimpinan Redaksi radar sampit, Ajid Kurniawan, mengungkapkan, berdasarkan pertemuan forum pemred (pimpinan redaksi, red) JPG tahun 2011 menghasilkan suatu rekomendasi. Dimana, mendorong kegiatan CSR baik internal maupun eksternal di JPG.
Karena persepsi media bahwa CSR merupakan sinergi media dan korporat, dan belum mendapat perhatian. Sehingga, perlu ada upaya membangun suatu pemahaman yang sama akan prinsip kemitraan saling menguntungkan.
Sementara, untuk motif komunikasi CSR, ada empat perspektif menurut Nelsen dan Thomsen, yakni aktivitas CSR sebagai sarana mencapai tujuan bisnis, dalam hal ini keuntungan. CSR sebagai legitimasi perusahaan juga memengaruhi pandangan maupun perspektif pemangku kepentingan dan masyarakat.
Kemudian upaya mendapatkan lisensi untuk beroperasi, dan perusahaan melakukan kegiatan CSR karena alasan etika. “Apapun motifnya, penting bagi perusahaan untuk mekukan komunikasi publik dan menyampaikan program CSR kepada masyarakat,” ujar Ajid.
Hanya, lanjutnya, tantangan yang di hadapi perusahaan setelah melakukan program CSR biasanya ada di seputar cara mengomunikasikan programnya secara efektif. Hal ini di akibatkan beberapa pertimbangan, antara lain, perlukah promosi tentang aktivitas sosial yang di lakukan. Apa keuntungan bagi perusahaan. Berapa yang harus di alokasikan. Apakah ada kerugiannya untuk masyarakat. Dan, bagaimana cara agar publikasi CSR tak terkesan pamer, memanfaatkan masyarakat, serta pamrih.
Oleh karenanya, Pimpred Radar Sampit menyarankan beberapa komuniasi CSR yang memberdayakan. Pelajari kepentingan pemangku kepentingan atau stakeholder sebaik-baiknya. Maka, hal yang perlu dilakukan adalah mapping terhadap stakeholder, dan memanfaatkan crwodsourcing di media sosial.
Kemudian, mempertimbangkan saluran komunikasi yang tepat untuk melakukan perubahan. Hal ini di lakukan melalui komunikasi CSR yang memberdayakan, kekuatan cerita yang dapat memberikan kesan positif.
Untuk model pelaksanaan CSR, menurut Ajid, harapannya melalui keterlibatan langsung, bisa yayasan atau organisasi social. Atau, bermitran dengan pihak lain dan bergabung dalam konsorsium. “Terserah memilih langsung atau bermitra. Silahkan perusahaan memilih mana yang terbaik,” pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar